Saking enaknya makanan di House of Aranzi Sunter, gue sama Kak RG sampe datang ke tempat ini 2 kali. Doyan, rakus, dan laper semuanya jadi satu. Dari mana gue tau kafe ini? Bukan dari siapa-siapa, tapi emang kebetulan aja pernah lewatin kafe ini karena dekat sama rumahnya Kak RG. Kalau di malam hari, kafenya menerawang. Lampu-lampunya terang banget seolah-olah memanggil semua orang buat berkunjung di sana. Gue curiga yang buka kafe ini adalah salah satu mahasiswa atau alumni kampus kandang burung (kampus gue dulu) karena letaknya juga dekat banget sama kampus fenomenal itu. Pertama kali gue ke sana itu tanggal 24 September yang konon bertepatan sama hari raya Kurban. Sayangnya pas ke sana, nggak ada menu kambing, padahal gue pengin banget makan kambing. Terus, yang kedua kalinya itu tanggal 26 September, abis kami jalan-jalan dari Comic Con. Gue baru bikin blognya sekarang soalnya kemarin gue sempat terserang demam dan vertigo. Penderitaannya sungguh tiada akhir. Kalau nggak percaya cobain sendiri aja, Bray! Pas tanggal 24 September, House of Aranzi lagi rame-ramenya. Saking ramenya, pelayan-pelayan di sana kelihatan kebingungan saat melayani pelanggan. Sistem anteran makananya itu nggak berdasarkan sistem antrian atau siapa dulu yang datang, tapi selang-seling sama pelanggan yang datang setelah kita. Jadi kalau misalnya kita pesan 5 menu, yang dianterin 1 dulu, terus dia layanin dulu pelanggan yang lain, layanin yang lainnya lagi, baru deh layanin kita lagi. Nunggu makanan sampe komplit, udah pasti lama! Coba kalau pesan 20 menu, mungkin aja menunya lengkap pas gue udah punya cucu. Karena sistem pelayanannya kayak begitu, nggak heran kalau pelayannya suka bolak-balik ke meja kami buat tanya ‘Pesanannya udah datang semua belum, ya?’. Untung gue orangnya baik hati, sabar, dan nggak sombong, jadi kalau ditanya kayak begitu, gue hanya bisa membalas dengan senyuman. Dan yang gue suka sih, pelayan-pelayan di sana...