Mungkin kalian bakal banyak membaca tentang kisah orang Cina di blog ini. Karena, blog ini bisa lahir berkat ada cerita tentang tukang pijat sadis di daerah Hayam Wuruk. Menurut gue, kisah orang Cina itu selalu menarik untuk dibahas dan nggak rasis sama sekali kalau gue yang bahas, soalnya gue juga Cina. Kalau kalian yang cerita barulah disebut rasis! Hahaha… Nah, kisah orang Cina yang pengin gue ceritain kali ini adalah tentang hidup anak gubernur. Beberapa waktu lalu, hape pintar gue rusak dan gue sempet ceritain di sini. Waktu hape pintar gue rusak, ternyata di Path lumayan banyak yang ngomongin soal anak sulungnya Koh Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). Namanya Nicholas Sean. Anak ini diomongin banget, karena pas bapaknya dilantik jadi gubernur, doi juga dateng. Ya iyalah, masa dia nggak dateng? Mau jadi anak durhaka? Nicholas ini diomongin, karena cakep dan tinggi. Dia diomongin banget di socmed, tapi gue nggak tau apa-apa. Gue pun merasa rendah diri. Bagaikan katak dalam tempurung. Ini bukan salah gue, tapi salahkan si hape pintar yang tiba-tiba ngambek dan minta diservis! Karena anak itu cakep bingit, bos-bos di kantor pun punya target yang luar biasa, yaitu memasukkan doi di rubrik Hot Boys majalah GADIS (tempat gue gawe). Mendengar hal itu, gue teramat tertantang buat cari doi. Tapi, bingung mau cari di mana, karena kayaknya nih anak nggak punya socmed. Kalau pun ada, gue juga trauma tweet gue nggak dibales. Takut sakit hati lagi, karena tweet gue ke Kaesang Pangarep (anaknya Pak Joko Widodo, presiden kita) tak kunjung dibalas. Rasa traumanya itu mirip kayak abis ditolak gebetan. Gue pernah hubungi doi lewat Twitter, karena emang mau cari doi buat wawancara. “Kak, coba gue tanya ke orang gereja, ya! Si Koh Ahok itu akrab sama orang gereja gue!” bilang gue ke Kak Asri, editor gue. “Ya cobalah Ung....